Kamis, 12 Februari 2015

PENGELOLAAN RESIKO TUMBUHAN INVASIF



PENGELOLAAN RESIKO TUMBUHAN INVASIF
Soekisman Tjtrosoedirdjo, Ph.D. (2014)
Affiliate Researcher BIOTROP, Jln. Raya Tajur Km-6 Bogor, West Java, Indonesia <s.tjitrosemito@biotrop.org>


PENDAHULUAN
               
                Pengelolaan Resiko Tumbuah Invasif ini dikembangkan oleh Tim Species Tumbuhan Invasif dari PUSKONSER dibawah program Removing Barrier of Species Invasives Management in Production and Protection Forets in Southeast Asia, untuk membantu mengkategori tumbuhan invasif  dalam program pengelolaannya.  Serangkaian pertanyaan dijawab untuk membandingkan relatif resiko dan fisibilitas pengendalian dari species invasif yang berbeda. Species tumbuhan invasif di evaluasi terpisah untuk berbagai Sistem pemanfaatan lahan, sehingga species tumbuhan invasif  terpenting dari lahan berbeda dapat diidentifikasi.
            Pertanyaan dapat berlaku bagi setiap tumbuhan invasif pada setiap tipe pemanfaatan lahan Akan ada pertanyaan dimana pemakai tidak tahu jawabannya untuk beberapa tumbuhan invasif, terutama ketika species itu tidak ada didaerah dimana pemakai  beroperasi. Dalam kasus demikian pilih opsi jawaban “tidak tahu”, dan coba cari jawaban dari lain sumber.( mis. Pemilik lahan, pejabat lembaga terkait, peneliti). "Tidak tahu " dinilai sebagai  "0" untuk skor relatif resiko tumbuhan invasif dalam perbandingan penilaian resiko dan memperoleh nilai maksimum untuk skor fisibilitas pengendalian. Ini untuk menghindari bias terhadap tumbuhan invasif yang mempunyai skor untuk setiap pertanyaan. Akan tetapi, tumbuhan invasif yang mempunyai satu atau lebih pertanyaan yang dijawab  “tidak tahu” harus dinyatakan demikian pada skor akhir mereka. Saling bertukar informasi dan skor adalah kunci untuk membangun pengetahuan untuk memperoleh hasil maksimum dari Sistem PRTI ini. Menjawab pertanyaan bersama dalam grup lebih baik daripada secara individu. Ini terutama penting untuk memperoleh konsesus  asumsi pengendalian tumbuhan invasif pada suatu pemanfaatan lahan tertententu. Sistem pemberian skor ini adalah tool atau alat untuk membantu pembuatan standard pengambilan keputusan dalam pengendalian tumbuhan invasif yang terprogram. Protokol dibawah ini dikembangkan dari sistem Dr John Virtue, Weed Ecologist, Animal and Plant Control Group Department of Water, Land & Biodiversity Conservation, South Australia
               
I.      RESIKO TUMBUHAN INVASIF SECARA KOMPARATIF

Pertanyaan resiko tumbuhan invasif dibagi menjadi 3 kriteria utama : (1). keinvasifan, (2). Dampak, dan (3). Potensi distribusi. 
Resiko = keinvasifan x dampak x potensi distribusi
Keinvasifan (Invasiveness) melihat laju perluasan tumbuhan invasif, tumbuhan invasif yang menyebar cepat berprioritas tinggi . Dampak adalah pengaruh ekonomi, lingkungan dan sosial yang disebabkan oleh tumbuhan invasif. Potensi distribusi mengindikasikan area total kemana tumbuhan invasif mungkin  menyebar . Skor atau nilai dari setiap kriteria diatas dikalikan (masing2  sebaran nilai dari 0-10) sehingga memberikan nilai resiko invasi pecahan dari 1000.

1.1.  KEINVASIFAN (INVASIVENESS )
Seksi ini mengindikasikan berapa cepat tumbuhan invasif menyebar dalam suatu sistem pemanfaatan lahan. Ini mempertimbangkan seberapa berhasil tumbuhan ini mapan, bereproduksi dan menyebar. Jawab seluruh pertanyaan dalam suatu sistem pemanfaatan lahan kecuali pertanyaan 5(a).

1.    Bagaimana kemampuan tumbuhan invasif mapan diantara tumbuhan asli yang ada
Skor
□ Amat tinggi
Semai dengan mudah mapan diantara vegetasi yang rapat atau antara infestasi gulma lain yang rapat
3
□ tinggi
Semai dengan mudah mapan dalam vegetasi yang terbuka atau antara infestasi rata rata saja dari tumbuhan lain yang ada
2
□ medium
Semai mapan ketika sudah ada gangguan moderat pada vegetasi yang ada yang mengurangi banyak kompetisi, seperti pemotongan rumput, pembersihan pohon, banjir terkendali, kekeringan dsb.
1
□ rendah
Semai memerlukan tanah terbuka untuk mapan, meliputi misalnya pembersihan seresah. Ini terjadi ketika gangguan besar terjadi seperti kultivasi, overgrazing, pembakaran, banjir atau kekeringan lama
0
□ Tidak tahu

?

Abaikan praktek pengendalian species invasif untuk pertanyaan ini. Tergantung dari sistem pemanfaatan lahan, “vegetasi” dapat berarti tanaman budidaya, rumput, halaman dan/atau vegetasi alam di taman.  Tumbuhan invasif yang menginvasi  lahan yang dikelola dengan baik (dimana vegetasi rapat dipelihara untuk menutup tanah) diasumsikan lebih berbahaya.  Tumbuhan Invasif dengan skor invasif tinggi meliputi gulma parasit. Asumsikan bahwa tumbuan baru datang. Semai berarti pertumbuhan yang timbul dari propagul vegetatif yang disebarkan (misalnya potongan stolon rumput grinting ( Cynodon dactylon atau bonggol Chromolaena odorata) dan spora disamping biji.  "Semai" tidak meliputi pertumbuhan vegetatif baru yang masih melekat pada batang induk (misalnya stolon, rhizoma atau akar lateral). Fitur demikian ini akan diatur dalam pertanyaan 3(c).
Fitur yang dapat membantu tumbuhan invasif mapan diantara tumbuhan yang ada, meliputi  kemampuan berkecambah dibawah kanopi tumbuhan lain, biasanya mempunyai biji besar atau propagul vegetatif (bulbos, umbi), karena dapat menyediakan lebih banyak cadangan makanan untuk menunjang tumbuhan invasif dalam berkompetisi dengan tumbuhan lain, kemampuan untuk mentolerir atau menghindari tekanan kompetisi (dengan pertumbuhan akar yang cepat, menfiksasi nitrogen sendiri, atau pertumbuhan vertikal dengan cepat).

2.       Seperti apa ketahanan tumbuhan invasif ini terhadap praktek pengelolaan umumnya di sistem pemanfaatan lahan yang kita uji?
Skor
Sangat tinggi
Lebih dari 95% gulma itu survive dengan pengendalian umumnya.
3
tinggi
Lebih dari 50% masih survive
2
medium
Kurang dari 50% saja yang bertahan hidup
1
rendah
Kurang dai 5% bertahan hidup
0
Tidak tahu

?

Bayangkan tumbuhan invasif ini sekarang sudah ada di lokasi. Pertanyaan ini melihat apakah tumbuhan invasif baru itu mati karena  praktek pengendalian tumbuhan invasif yang biasa dilkukan dalam sistem pemanfaatan lahan disitu. Kalau sebagian besar mati maka akan hanya sedikit tumbuhan untuk bereproduksi dan menyebar. Kalau sebagian kecil saja yang mati maka mengganti  cara pengelolaan tumbuhan invasif akan sangat diperlukan. Praktek pengelolaan tumbuhan invasif meliputi pemakaian herbisida, kultivasi, pemangkasan diikuti  pembakaran, grazing dsb.  Tipe dan timing dari praktek ini berbeda dengan sistem pemanfaatan lahan yang berbeda. Apabila sustu tumbuhan invasif tumbuh dan berbuah ketika tidak ada aktivitas pengendalian atau pengelolaan maka tumbuhan tersebut tahan terhadap praktek pengendalina tumbuhan invasif yang  umum terdapat disitu. Tumbuhan invasif yang tahan terhadap pengelolaan meliputi Asystasia micrantha (berproduksi biji banyak). Vegetasi asli dalam taman nasional tidak ada cara pengendalian yang sudah umum dipakai pada tingkat regional mapun nasional, kalau demikian masukkan dalam asumsi sistem pemakaian lahan.

3.       Seperti apa kemampuan reproduksi tumbuhan invasif itu
Total
a+b+c
Skor/
nilai
a. Periode berbuah
b. Prod.biji
c. Reprod. vegetatif



1 tahun              2
Banyak     2
Cepat              2
Tinggi
5-6
3
2-3 tahun          1
Sedikit      1
Lambat           1
Medium tinggi
3-4
2
>3 tahun           0
Tak ada     0
Tak ada           0
Medium rendah
1-2
1
Tidak tahu        ?
Tak tahu   ?  
Tak tahu          ?  
Rendah
0
0



Tidak tahu

?

Pertanyaan ini ingin mengetahui seberapa bagus kemmpuan tumbuhan invasif ini dapat bereproduksi, meningkatkan populasinya kemudian menyebar ke daerah lain.  Kalau tumbuhan invasif tidak dapat bereproduksi di suatu sistem pemanfaatan lahan nilainya 0.  Ada 3 faktor yang harus dipertimbangkan ketika menilai kemampuan tumbuhan bereproduksi :
(a) Periode berbuah adalah rentang waktu dari kemapanan (dari biji atau propagul vegetatif) sampai berproduksi biji.
(b) Produksi biji adalah rataan jumlah biji viabel yang diproduksi per m2 lahan/tahun, dari petak yang diokupasi tumbuhan invasif itu. Ini mungkin dari tumbuhan invasif besar seperti A.nilotica atau banyak herba atau rumput kecil. Produksi biji banyak apabila >1000 biji/m2. Jawaban pada pertanyaan 2 akan mempengaruhi produksi biji ini. 
(c) Reproduksi vegetatif adalah rataan jumlah tumbuhan baru yang diproduksi setiap tahun oleh sarana reproduksi seperti bulbus, bulbil, cormus, umbi, rhizoma, stolontunas akar potongan batang. Dikatakan cepat kalau produksi vegetatif itu  >10 tumbuhan baru /tahun dari tumbuhan induk dewasa. Dalam suatu sistem pemanfaatan lahan, kultivasi justru meningkatkan reproduksi vegetatif. "Tumbuhan baru" didefinisikan sebagai tajuk baru dengan sistem perakarannya sendiri, dan mungkin masih melekat pada tumbuhan induknya, seperti rumput grinting (Cynodon dactylon).

4.    Seperti apa penyebaran jarak jauh (>100 m) secara alamiah

Total a+b+c+d
Skor
a. Penyebranan oleh burung
b. Oleh hewan lain

6,7,8
3
  umum                                  2
  umum                                 2

3,4,5
2
  kadang kadang                    1
  kadang kadang                   1

1,2
1
  mungkin tidak                     0
  mungkin tidak                    0

0
0
  tidak tahu                            ?
  tidak tahu                           ?

Tidak tahu
?
c. Oleh air
d. Oleh angin

  umum                                  2
  umum                                 2

  kadang kadang                    1
  kadang kadang                   1

  mungkin tidak                      0
  mungkin tidak                    0

  tidak tahu                             ?
  tidak tahu                           ?

Pertanyaan ini ingin mengetahui seberapa hebat tumbuhan invasif ini dapat menyebarkan propagulnya (biji atau vegetatif) secara alamiah, untuk memulai invasi baru jarak jauh dari titik orisinalnya. Tumbuhan invasif yang mempunyai cara dispersal yang lebih cenderung menyebar lebih cepat. Karena itu bayangkan suatu tumbuhan invasif yang teradaptasi dengan penyebaran jarak jauh, seberapa teratur  cara ini terjadi. Seberapa sering invasi baru terjadi yang bermula setidaknya 100 m dari invasi original.
Sifat tumbuhan yang mendukung penyebaran jarak jauh oleh burung dan lain hewan liar (misalnya kelelawar, tupai, monyet, kelinci) adalah: buah utuh dimakan, dan biji yang masih viabel dikeluarkan lewat feces (polong A.nilotica yang dimakan herbivora, rusa, kerbau maupun banteng) , atau dimuntahkan kembali (buah mimba yang dimakan monyet) , buah P.aduncum yang dimakan kelelawar,  propagul yang mempunyai kait, yang mudah melekat pada rambut atau kulit hewan, seperti biji Bidens bitternata yang melekat pada bulu rusa atau kerbau, biji yang kecil yang mudah melekat pada kulit atau  kuku hewan liar seperti biji Eleutheranthera ruderalis .
Fitur yang mendukung penyebaran  jarak jauh dengan air adalah : propoagul yang mengapung (seperti polong Mimosa pigra), terutama tumbuhan invasif yang tumbuh dekat air yang mengalir dan sering banjir. Terutama tumbuhan air invasif seperti Salvinia molesta, eceng gondok (Eichhornia crassipes, Pistia stratiotes ) tersebar cepat lebih dari 100 m oleh aliran air.
Penelitian menunjukkan bahwa biji tumbuhan invasif yang disebarkan angin mendarat dekat dengan tumbuhan induknyasaja . Penyebaran jarak jauh lebih sering terjadi dengan bagi pohon tinggi dengan biji ringan  (dengan sayap, plumus atau pappus, atau bulu) yang terpaparkan pada angin kencang dan tumbuhan invasif yang patah setelah buahnya masak dan terembus angin bergulung gulung layaknya bola menggelinding diatas tanah dengan vegetasi yang jarang, seperti di daerah kering di Australia.

5.       Seperti apa penyebaran jarak jauh oleh manusia

Total a+b+c+d
Skor
a.     Penyerana sengaja oleh manusia
b.                   b. Penyebaran tidak sengaja

6,7,8
3
   Umum                                                 2
   Umum                                       2

3,4,5
2
   Kadang2                                              1
   Kadang2                                    1

1.2
1
   Mungkin tidak                                    0
   Mungkin tidak                           0

0
0
   Tidak tahu                                           ?
   Tidak tahu                                  ?

Tdk tahu
?
c.     Mengkontaminasi hasil bumi
d. Dibawa hewan ternak

   Umum                                                  2
   Umum                                        2

   Kadang2                                               1
   Kadang2                                    1

   Mungkin tidak                                      0
   Mungkin tidak                           0

   Tidak tahu                                            ?
   Tidak tahu                                  ?


Penyebaran secara sengaja oleh manusia meliputi tumbuhan invasif yang sudah ditanam untuk keperluan pertanian, kehutanan, hortikultura, tanaman hias, tanaman pencegah api dan/atau untuk proteksi tanah agar tidak longsor dsb.  Tumbuhan invasif yang sudah ditanam secara luas mempunyai potensi lebih besar untuk menyebar olehkarena adanya banyak titik introduksi. Abaikan saja sistem pemanfaatan lahan untuk pertanyaan ini. Misalnya A.nilotica yang ditanam sebagai ilaran api untuk mencegah api dari savanna ke hutan jati, menanam Austroeupatorium inulaefolium untuk mengalahkan alang-alang, menanam Mikania micrantha sebagai penutup tanah.  Penyebaran secara   sengaja oleh manusia meliputi tumbuhan sebagai tanaman hias karena berbunga cantik seperti Widelia trilobata, bunga airmata pengantin, dsb. Banyak kasus suatu tumbuhan dilarang diperjual belikan tetapi tetap ditanam. 
Fitur yang menunjang penyebaran oleh manusi secara tidak senagaja atau karena terbawa kendaraan adalah : tumbuhan yang tumbuh ditempat transportasi ramai, melalui sepatu, pakaian atau kendaraan (meliputi mesin pertanian dan perahu). Tumbuhan invasif seperti Mimosa pigra terbawa oleh kendaraan pengangkut pasir, sehingga dengan mudah dilihat M.pigra ditemukan dijalan2 baru, bahkan M.pigra masuk ke daerah Merauke karena terbawa alat berat yang didatangkan dari Surabaya; tumbuhan yang mempunyai propagul dengan kait, atau zat yang dapat melekatkan diri pada suatu obyek, propagul yang sangat kecil sehingga bisa masuk atau menempel pada celah2 kecil dari sepatu, pakaian, kendaraan dsb.
Untuk produk pertanian yang terkontanimasi propagul tumbuhan invasif bayangkan bahwa biji kopi yang didatangkan ke Indonesia dari Brasil  terkontaminasi oleh biji Erechtites velerianifolia, biji kacangan penutup tanah terkontaminasi oleh Mimosa diplotricha, biji gandum yang tekontaminasi oleh Parthenium hysterfolium  dan banyak produk pertanian itu terkontaminasi bukan saja oleh biji bisa juga potongan batang, tanah, kerikil, seresah, bahkan butir pupuk dsb.
Jangan masukkan wool domba dalam kategori ini karena yang demikian ini dimasukkan dalam kategori (d), yaitu fitur yang menunjang penyebaran oleh hewan ternak (domba, sapi, kuda, kerbau, anjing dsb.) yaitu: buah utuh dimakan kemudian biji yang viabel dikeluarkan lewat kotoran, atau dimuntahkan, propagul mempunyai kait, atau duri yang bisa membantu melekat pada ternak. Dan biji yang kecil sehingga mudah melekat di kaki atau bulu ternak.

1.2. DAMPAK 
Seksi ini mengindikasikan potensi dampak tumbuhan invasif. Setiap pertanyaan dijawab dengan latar belakang sistem pemanfaatan lahan. Bayangkan bahwa tumbuhan invasif itu telah menyebar diseluruh sistem pemanfaatan lahan yang kita tangani, itu misalnya kawasan taman nasional, lahan persawahan, perkebunan kelapa sawit atau karet, atau kawasan danau atau waduk, dan praktek cara  pengelolaan tumbuhan invasif itu tidak berubah untuk tumbuhan invasif target.  Kalau tumbuhan invasif itu terkendali sempurna dengan praktek yang dilakukan itu maka tumbuhan invasif itu akan berada dalam kerapatan rendah dan akan berdampak minimal.  Alternatifnya kalau tumbuhan invasif itu tidak terkendali dengan baik dengan cara pengendalian itu maka tumbuhan invasif itu akan berada dalam kerapatan yang tinggi dan berdampak besar.  Kalau tumbuhan invasif itu mempunyai agen hayati mapan yang efektif  yang secara substansial mereduksi pertumbuhannya, maka dampak tumbuhan invasif ini akan turun. Tentukan kalau tumbuhan invasif itu mungkin akan mencapai kerapatan rendah, medium, tinggi pada sistem pemanfaatan lahan yang anda garap.

1.    Apakah tumbuhan invasif itu menurunkan mapannya tumbuhan yang dikehendaki
Skor
>50% reduksi
Tumbuhan invasif menghentikan lebih dari 50% mapannya tumbuhan yang dikehendaki ( regenerasi padang rumput, tanaman bdidaya,  dan semai pohon yang ditanam, regenerasi tumbuhan asli, dengan mencegah perkecambahan atau mematikan kecambah.

3
10 – 50% reduksi
Tumbuhan invasif itu menghentikan kemapanan 10 – 50 % tumbuhan yang dikehendaki
2
 10% reduksi
Tumbuhan invasif menghentikan kurang dari 10% tumbuhan yang dikehendaki
1
Tidak ada
Tumbuhan invasif itu tidak mempengaruhi perkecambahandan survival semai dari tumbuhan yang dikehendaki

0
Tidak tahu

?

Pertanyaan ini ingin menduga apakah tumbuhan invasif ini mencegah  kemapanan species tumbuhan yang kita kehendaki, sehingga kerapatan species ini turun. Tumbuahn invasif  itu mungkin mencegah perkecambahan dengan menciptakan kanopi yang sangar rapat, atau dengan membuat kondisi fisik sedemikian rupa sehingga menghalangi aliran air . Tumbuah invasif ini mematikan kecambah dengan mencegah kecambah memperoleh air, cahaya atau nutrient.
Perhatikan bahwa tumbuhan yang kita kehendaki mulai mapan setelah perubahan besar (seperti pengolahan tanah sebelum tanam, atau setelah kebakaran), sehingga tumbuhan invasif sendiri juga sedang berusaha mapan. Dalam kasus demikian adakah dampak tumbuhan invasif  terhadap proses kemapanan tumbuhan yang kita kehendaki? Tumbuhan invasif yang dapat menyebabkan penurunan 50% kemapanan species yang kita kehendaki harus dieradikasi.

2. Apakah tumbuhan invasif itu menurunkan produksi species yang kita kehendaki?
Skor
Penurunan >50%
Tumbuhan invasif menurunkan produksi tanaman budidaya, hijauan padang rumput, hasil kayu hutan, atau jumlah vegetasi ekosistem alam lebih dari 50%
4
Penurunan 25 – 50%
Tumbuhan invasif menurunkan produksi 25 -50%
3
Penurunan 10 – 25%
Tumbuhan invasif menurun produksi 10 – 25%
2
Penurunan < 10%
Tumbuhan invasif menurunkan produksi sampai 10%
1
Tidak ada
Tumbuhan invasif itu tidak berpengaruh pada pertumbuhan species yang kita kehendaki, atau bahkan dapat bermanfaat pada suatu tingkat pertumbuhannya sehingga imbang dengan dampak negatifnya.
0
Tidak tahu

?

Pertanyaan ini melihat pada tingkat kehilangan produksi (dalam tanaman budidaya, padang rumput, kehutanan) atau penekanan ( pada vegetasi alam), yang disebabkan oleh species tumbuhan invasif ini. Ini mengikuti pertanyaan 1, dan mencoba melihat pertumbuhan yang dicapai oleh tumbuhan yang tidak berhasil mapan karena karena tumbuhan invasif itu. Pertanyaan dijawab dalam satuan hektar, dibantingkan dengan vegetasi yang mirip tanpa tumbuhan invasif. Untuk vegetasi asli baik untuk berfikir dalam persen tutupan. Tumbuhan invasif akan menurunkan pertumbuhan tumbuhan lain dengan berkompetisi untuk cahya, air dan unsur hara. Kompetisi lebih besar pada tumbuhan invasif yang lebih besar (tinggi dengan kanopi daun yang rapat dan sistem akar yang ekstensif) dan tumbuh pada saat bersamaan dengan tanaman yang kita kehendaki. Beberapa tumbuhan invasif berkompetisi dengan membentuk batas fisik yang menghentikan tumbuhan tumbuh mencapai cahaya, air, dan/atau unsur hara.   Kasus khusus adalah tumbuhan invasif yang bersifat parasitik yang secara langsung menyerang tumbuhan lain. Tumbuhan invasif yang dapat menyebabkan penurunan 50% hasil/jumlah tumbuhan yang dikehendaki,  meliputi Allepo pines, serrated tussock dan branched broomrape. Beberapa tumbuhan invasif mungkin meningkatkan jumlah vegetasi yang bermanfaat dalam suatu pemanfaatan lahan. Misalnya apakah tumbuhan invasif perennial dari  padang rumput menyedaian makan satwa summer dengan demikian meningkatkan total hijauan rumput yang tersedia sepanjang tahun.










3.       Apakah tumbuhan invasif ini menurunkan hasil atau jasa yang diperoleh dari pemanfaatan lahan
SKOR
Tinggi
Tumbuhan invasif menurunkan kualitas hasil sehingga tidak dapat dijual. Ini mungkin karena kontaminasi yang berlebihan, beracun, berbau /abnormal (secara fisik maupun kimia). Untuk vegetasi lokal tumbuhan invasif menurunkan biodiversitas (tumbuhan maupun hewan) sehingga tidak sesuai untuk didaerah konservasi.  Di daerah urban menyebabkan kerusakan  konstruksi dan infrastruktur fisik, seperti bangunan, jalan, jembatan
3
medium
Tumbuhan invasif menurunkan kualitas dan harga produk. Untuk daerah vegetasi lokal menurunkan biodiversitas dan menurunkan prioritas untuk konservasi. Untuk daerah urban menyebabkan kerusakan  konstruksi dan infrastruktur fisik seperti bangunan, jalan, jembatan dsb.
2
Rendah
Menurunkan kualitas tetapi sedikit saja, harga masih bagus, hanya sedikit mempengaruhi vegetasi lokal. Untuk daerah urban tidak ada dampak
1
Tidak ada
Tidak ada pengaruh kepertanian, vegetasi alam  maupun perkotaan
0
Tidak tahu

?

Pertanyaan ini melihat apakah tumbuhan invasif itu mempengaruhi kualitas dan kuantitas produk atau jasa dari pemanfaatan lahan apa tidak? Produk yang terpengaruh oleh tumbuhan invasif demikian meliputi daging, hasil pertanian, seperti gabah, kedelai, jagung, susu, kayu, buah, dan air.  Untuk vegetasi alam pertimbangkan jasa seperti konservasi alam dan turisme. Sebagai contoh pengaruh besar pada kualitas misalnya benih kedelai yang terkontaminasi biji poppy, sehingga tidak laku dijual. Penurunan kondisi ternak mungkin tidak masuk disini karena mungkin kekurangan makan saja, atau karena gangguan kesehatan karena makan tumbuhan invasif itu.

4.       Apakah tumbuhan invasif itu membatasi gerakan manusia, ternak, kendaraan, mesin dan/atau air?
SKOR
Tinggi
Infestasi tumbuhan invasif tidak dapat dilewati sepanjang tahun, sehingga  mencegah gerakan fisik manusia,hewan, kendaraan dan air.
3
Medium
Infestasi gulma jarang sampai tidak bisa dilewati, tetapi secara signifikan memperlambat gerakan fisik manusia, hewan, kendaraan/mesin atau air sepanjang tahun
2
rendah
Infestasi gulma tidak pernah sampai tidak bisa dilewati, tetapi secara signifikan memperlambat gerakan fisik manusia atau hewan, kendaraan pada suatu saat dalam setahun atau menimbulkan hambatan aliran air
1
Tidak ada
Tumbuhan invasif tidak berpengarud pada gerakan hewan
0
Tidak tahu

?

Pertanyaan ini ingin melihat pada tingkat dimana infestasi tumbuhan invasif yang padat secara fisik menghambat aktivitas. Tumbuhan invasif menghambat aktivitas ketika tumbuh  tinggi, atau berduri, batang berbelit tidak teratur membentuk massa padat, sehingga sungguh menghalangi  aktivitas. Untuk pertanyaan ini abaikan pemtasan aktivitas yang disengaja yang ditujukan hanya nuntuk membatasi penyebaran proagul dari tumbuhan invasif itu.
Contoh tumbuhan invasif yang menghalangi aktivitas meliputi :
(1). Menghlangi pekerja panen, misalnya pada tebu yang diinvasi M. invisa, oleh karena tebu cenderung diikat oleh batang M. invisa yang tumbuh membelit banyak batang tebu, dan banyak duri yang akan menyayat pekerja ketika akan mematikan mimosa itu,  pekerja sukar memanennya, bahkan meninggalkan areal tebu yang diinvasi M. invisa . Traktor atau alat pertanian lainnya pada waktu pengolahan tanah atau panen juga terhambat.  Menyebabkan ban bocor karena kena duri.
(2). Menghambat pekerjaan penjarangan pada praktek silvikultur, eperti invasi semai A.mangium  pada tanaman generasi ke-2 A.mangium
(3). Menghambat aliran air dalam saluran air, menghambat jalannya perahu, 
(4). Mencegah satwa mendapatkan air disavanna ketika sumber air savana diinvasi oleh M.invisa atau M.pigra yang padat. Atau pada petenakan domba mengambat pencukuran bulu domba
(5)    Bahkan dapat menghalangi satwa pada daerah sarangnya atau menghalangi pembentukan sarang burung manyar, seperti dilaporkan di Taman Nasional Bali Barat
Contoh tumbuhan invasif mendapat skor tinggi misalnya M. Invisa, Bidens biternata di savanna yang dapat tumbuh padat, juga C. odorata serta L. camara yang tumbuh padat di padang rumput Alas Purwo misalnya karena dapat membentuk massa tumbuhan padat menghalangi gerakan banteng

5.       Apakah tumbuhan invasif itu berlengaruh pada kesehatan satwa atau manusia?
Skor
Tinggi
Tumbuahn invasif itu sangat beracun menyebabkan kematian atau sakit serius bagi satwa maupun manusia
3
Medium
Tumbuhan itu kadang2 menyebabkan kesakitan fisik (onak duri) dan sakit (alergi) pada satwa maupun manusia, kadang2 menyebabkan kematian
2
Rendah
Tumbuhan ini dapat menyebabkan kesakitan ringan pada satwa maupun manusia tetapi segera hilang
1
Tidak ada
Tumbuhan tidak berpengaruh pada kesehatan satwa mapun manusia
0
Tidak tahu

?
.
Pertanyaan ini ingin melihat bagaimana tumbuhan invasif itu mempengaruhi kesehatan hewan (ternak maupun satwa liar) dan manusia. Perhatikan bahwa apabila tumbuhan invasif itu beracun non-palatable. Abaikan pengaruh kelaparan karena pertumbuhan rumput yang turun atau kesulitan mencapat daerah padang rumput, karena itu sudah dicakup dalam pertanyaan 2 dan 4. Tumbuhan invasif yang berpengaruh pada kesehatan hewan atau manusia misalnya kecubung (Datura metel L.)

Pertanyaan berikut di bawah ini untuk mengerti apakah tumbuhan invasif itu berpengaruh atau berdampak besar dalam jangka panjang pada tanah dan lingkungan. Pengaruh ini mungkin menguntungkan atau merugikan.  Dampak atau pengaruh  itu akan terlihat ketika tumbuhan invasif itu merubah struktur vegetasi seperti invasi tumbuhan berkayu misalnya Acacia nilotica pada savanna di Taman Nasional Baluran.   Keputusan adanya dampak besar itu harus didukung dengan  data atau studi ilmiah atau setidaknya berdasarkan pendapat ahli.









6.  Apakah tumbuhan invasif itu berpengaruh besar positif /negatif pada kesehatan lingkungan?

Pengaruh besar positif
Pengaruh  besar negatif
Berpengaruh kecil /tidak ada
Tidak tahu
SKOR (a) – (f) :
-1
1
0
?
(a). Makanan/naungan?
Tumbuhan invasif berpengaruh negatif misalnya  Digitaria ciliaris yang menjadi inang blas pada padi, sedang yang berpengaruh positif misalnya Cassia cobanensis, Antigonon leptopus, Turnera subulata, Euphorbia heterophylla,  yang menyediakan nectar bagi serangga parasitoid dari ulat kantong (Metisa plana, Pteroma pendula, Mahasena corbeti) yang menyerang kelapa sawit.
(b). Rezim api?
Ini meliputi perubahan frekuensi, intensitas dan/atau timing kebakaran. Misalnya invasi Chromolaena odorata di hutan sekunder yang membuat hutan rentan kebakaran
(c). Meningkatkan unsur  hara?
Leguminosae seperti Acacia nilotica meningkatkan kandungan unsur hara tanah, walupun menguntungkan bagi pertanian, tetapi memfasilitasi invasi gulma lain, seperti Thespesia lampas, Bidens biternata, Aciranthes aspera dsb.
(d). Salinitas tanah?
Apakah daun tumbuhan invasif mengandung garam tinggi? Dekomposisi daun seperti ini mengingkatkan salinas tanah permukaan
(e)  Stabilitas tanah?
Apakah tumbuhan ini meningkatkan erosi tanah atau sedimentasi waduk?
(f). Permukaan air tanah?
Apakah tumbuhan invasif ini menaikkan atau menurunkan permukaan air tanah? Apakah ini dampak negatif atau positif?
Jumlah (a+b+c+d+e+f)
>3
2-3
1
Nol atau kurang
Skor untuk (6)
3
2
1
0


1.3.  POTENSI DISTRIBUSI
Seksi ini melihat pada berapa besar kemungkinan pemanfaatan lahan itu  mengandung  resiko diinvasi oleh  tumbuhan invasif itu. Ini tergantung pada preferensi iklim dan tanah bagi tumbuhan invasif itu. Misalnya beberapa tumbuhan invasif mungkin hanya sesuai pada daerah dengan curah hujan tinggi, atau hanya sesui pada tanah alkalin ( pH tinggi). Perbedaan dalam pemanfaatan lahan juga harus dipertimbangkan. Misalnya pemanfaatan lahan untuk perkebunan, tumbuhan invasif  menjadi masalah di perkebunan tebu misalnya tetapi tidak demikian pada perkebunan karet. Skor ini juga harus mempertimbangkan dimana tumbuhan invasif itu akan tumbuh mencapai kerapatan sedemikian sehingga memperoleh skor dampak.  Artinya kalau anda mengasumsikan bahwa hanya apabila populasi tinggi akan memperoleh skor, abaikan daerah dimana tumbuhan invasif itu hanya akan ada dalam populasi rendah, ketika menentukan distribusi potensial. Pertanyaan ini paling baik dijawab dengan peta topografi, pemanfaatnan lahan dan tanah dari daerah yang dievaluasi.  Data spasial itu dapat diperoleh dari GeoEye dan Landsat ETM-7 yang  setelah peta vegetasi selesai dibangun dapat dianalisis dengan ArcView, seperti diuraikan dalam pemetaan A. nilotica oleh Setiabudi et al (2013).
Kalau memakai peta langkah berikut mungkin dapat membantu mengestimasikan persen daerah dari sistem pemanfaatan lahan yang sesuai untuk tumbuhan invasif itu:
1.   Petakan pemanfaatan lahan dimeja gambar anda. Kalau tidak mempunyai peta pemanfaatan lahan anda dapat memperkirakan dari peta topografi dengan mempatkan lembar plastik transparan diatas peta topografi itu lalu mengaransir atau menghitamkan daerah pemanfaatan lahan dari peta
2.   Perhatikan kesesuaian iklim dan tanah bagi tumbuhan invasif, dan tipe vegetasi/tanaman budidaya/atau savanna dalam sistem pemanfaatan lahan dimana tumbuhan invasif itu sesuai. Letakkan lembar plastik transparan diatas peta pemanfaatan lahan dan aransir atau hitamkan daerah pemanfaatan lahan yang sesuai bagi pertumbuhan species invasif itu..

3.   Bandingkan peta tumbuhan invasif dan peta pemanfaatan lahan untuk mengestimasikan persentase lahan yang dimanfaatan yang sesuai untuk tumbuhan invasif . Lalu jawab pertanyaan dibawah ini.

Dengan peta  tadi berapa persen lahan yang dimanfaatkan itu sesuai untuk pertumbuhan tumbuhan invasif
SKOR
>80%  lahan sesuai
Tumbuhan invasif berpotensi menyebar pada 80% lahan yang diuji
10
60-80% lahan sesuai
Tumbuahn invasif berpotensi menyebar pada 60-80% lahan
8
40-60% lahan sesuai
Tumbuhan invasif berpotensi menyebar pada 40-60 lahan
6
20-40% lahan sesuai
Tumbuhan invasif berpotensi menyebar pada 20-40% lahan
4
10-20% lahan sesuai
Tumbuhan invasif berpotensi menyebar pada 10-20% lahan
2
5-10% lahan sesuai
Tumbuhan invasif berpotensi menyebar pada 5 – 10 % lahan
1
1-5% lahan sesuai
Tumbuhan invasif berpotensi menyebar pada 1-5% lahan
0,5
Tidak sesuai
Tumbuhan invasif tidak sesuai dengan kondisi di lahan yang diuji
0
Tidak tahu

?

NILAI RESIKO TUMBUHAN INVASIF  SECARA KOMPARATIF
Skor atau nilai analisis resiko dikalkulasi dengan menyesuaikan skor atau nilai keinvasifan, dampak dan potensi distribusi pada skala 0-10 dan kemudian mengkalikan nilai nilai ini . Resiko tumbuhan invasif ini nilainya maksimum 1000, dan minimum 0 .


Untuk mengkalkulasi secara manual, hitung ulang skor kasar sebagai berikut :
Keinvasifan           : dibagi 15 dan dikalikan dengan 10 bulatkan menjadi satu desimal
Dampak                 : dibagi  19 dan dikalikan dengan 10 dan dibulatkan menjadi satu desimal
Potensi distribusi : biarkan tanpa dirubah.

Resiko tumbuhan Invasif secara komparatif : invasiveness x dampak x potensi distribusi
 
 









Memilahkan skor atau nilai ini dalam interval 20% memberikan klasifikasi resiko tumbuhan invasif sebagai berikut :

Interval Frequensi
Nilai resiko
Resiko Tumb. Invasif
80 – 100% (skor 20% pertama)
>192
Sangat tinggi
60 – 80%
<192
Tinggi
40 – 60%
<101
Medium
20 – 40%
<39
Rendah
0 – 20% (skor 20% terendah)
<13
Diabaikan
                                                                                               
Skor diatas hanya untuk satu tipe sistem pemanfaatan lahan. Pemanfaatan lahan berbeda nilainya dan berbeda satu dengan yang lain dan sukar untuk mengukurnya. Misalnya skor  resiko tumbuhan invasif untuk lahan pertanian lebih rendah dibandingkan dengan sistem pemanfaatan lahan yang lain, ini mungkin karena tingkat pengelolaan tumbihan invasif di lahan pertanian itu lebih tinggi, bukan berarti bahwa tumbuhan invasif di lahan pertanian itu tidak penting.
 

Mengapa mengalikan nilai atau skor keinvasifan, dampak dan potensi distribusi ?
Mengkalikan memberikan sebaran yang lebih lebar dari skor,  daripada pertambahan (misalnya sebaran dari 0-1000, dibandingkan dengan 0-30)
Mengkalikan adalah logis karena ini interaksi antar kriteria. Misalnya dampak dari suatu tumbuhan invasif dapat diukur dalam rupiah per hektar pertahun, distribusi potensial diukur dalam hektar, dan keinvasifan (yaitu laju penyebaran) adalah ukuran dalam arti penambahan hektar dibandingkan hektar tahun sebelumnya.
Dampak               X             potensi distribusi            X             keinvasifan
    (Rp/hektar/tahun)                          ( hektar)                                  ( hektar th.ini/hektar th.lalu)

Ketika mengkalikan besaran diatas, semua unit hektar akan terkensel sehingga pentingnya tumbuhan invasif diukur dalam rupiah pertahun. Dalam mengkalikan skor kriteria keinvasifan, dampak dan potensi distribusi, kita mengikuti kalkulasi diatas tanpa menyertakan nilai dolar maupun  hektar.


II.        FISIBILITAS PENGELOLAAN  

Pertanyaan tentang fisibiltas pengelolaan dibagi menjadi tiga kriteria utama, biaya kontrol, distribusi tumbuhan invasif  dan persistensi pengendalian(kontrol).  Biaya kontrol meliputi biaya pengelolaan deteksi, biaya kontrol riel di lapang, dan keperluan penguatan dan pendidikan. Distribusi mempertimbangkan seberapa luas penyebaran tumbuhan invasif itu.  Persisten mengacu pada periode dimana hasilnya bisa bertahan.  Nilai atau skor setiap kriteria ini dikalikan (masing-masing bervariasi dari 0 – 10) untuk memberikan nilai fisibilitas sebagai pecahan dari 1000. Kemudian bisa dihitung fisibilitas pengendalian untuk sistem pemanfaatan lahan yang sedang diuji, agar dapat dibandingkan langsung dengan skor atau nilai resiko tumbuhan invasif dari sistem pemanfaatan lahan yang sama untuk menentukan prioritas kontrol.
Bagi pertanyaan berikut ini nilai atau skor yang lebih tinggi menunjukkan fisibilitas pengelolaan yang lebih rendah .

2.1. BIAYA KONTROL 
Seksi ini mengindikasikan biaya kontrol per hektar pada tahun pertama dari target kontrol, untuk suatu infestasi dari tumbuhan invasif yang telah mencapai kerapatan maksimum pada sistem pemanfaatan lahan yang terkena resiko. Empat faktor biaya utama terkait dengan program kontrol yang terkoordinasi ini adalah menemukan tumbuhan invasif itu, menilai dan menindak infestasi itu di lapang, dan mencapai komitment fihak yang terkait atau pemangku kepentingan.

1.       Bagaimana mudah tumbuhan invasif ini dideteksi

Total
(a + b + c + d)
SKOR
(a). Tinggi saat dewasa
(b). Ada pertumbuhan tajuk

7 atau 8
3
  <0,5 m                         2
□ < 4 bulan                          2

5 atau 6
2
  0,5 – 2 m                     1
□ 4 – 8 bulan                       1

3 atau 4
1
  > 2 m                           0             
□ > 8 bulan                          0

0,1 atau 2
0
  tidak tahu                    ?
□ tidak tahu                         ?

Tidak tahu
?
(c).fitur pembeda
(d). Tinggi pra reproduksi relatif terhadap vegetasi lain

  tidak ada                 2
□ dibawah kanopi            2

  kadang berbeda      1
□ tinggi sama                   1

  selalu berbeda        0           
□ diatas kanopi                0

  tidak tahu               ?
□ tidak tahu                     ?








Pertanyaan ini mengindikasikan biaya menemukan infestasi tumbuhan invasif.  Bagian  (a), (b) dan (c) terkait dengan infestasi baru. Bagian  (d) terkait dengan penemuan dan tindakan terhadap tumbuhan sebelum reproduksi.
(a)    Tumbuhan yang lebih tinggi dapat dilihat dari jarak lebih jauh.
(b)   Pertumbuhan tajuk mempertimbangkan kapan tajuk kelihatan ( hidup atau mati). Tumbuhan semusim dan beberapa menahun (misalnya , banyak tumbuhan semusim di savanna yang tidak kelihatan ketika musim kering seperti Bidens biternata atau yang menahun seperti Chromolaena odorata yang tidak nampak karena sudah kering mati setelah berbunga dan berbuah)
(c)    Fitur yang membedakan meliputi penampakan, bau daun, bunga dan buah. Ini mengindikasikan bagaimana nampak jelas tumbuhan invasif diantara vegetasi lain. Misalnya bentuk dan lembaran daun Thespesia lampas yang lebar berbeda dengan daun rumput dalam savanna.
(d)   Tinggi pra- reproduktif mengacu pada bagaimana menemukan tumbuhan invasif untuk dikontrol sebelum menghasilkan biji atau membentuk umbi. Kontrol harus dilaksanakan sebelum reproduksi kalau eradikasi lokal yang dikehendaki. Tinggi pra-reproduktif biasanya lebih rendah daripada pada saat dewasa ( maturity) dan tumbuhan invasif itu akan tumbuh bersama diantara vegetasi lain.  Olehkarena itu tinggi tumbuhan invasif dideskripsikan relatif terhadap tinggi kanopi dari vegetasi lain. Misalnya ketika mempertimbangkan tumbuhan invasif pada sistem pemanfaatan lahan rotasi tanaman budidaya/ padang rumput maka kanopi adalah tinggi dari tanaman budidaya.

2.       Seperti apa secara umum aksesabilitas infestasi yang telah diketahui
SKOR
  Rendah
Sebagian besar lokasi infestasi sukar diakses
2
  Mdium
Sebagian besar lokasi dapat diakses
1
  Tinggi 
Seluruh infestasi dapat diakses
0
  tidak ada 
Tidak diketahui ada tumbuan invasif di lokasi yang diuji
0
□ tidak tahu                         

?




Lokasi mungkin susah dicapai karena kemiringan, berbebatuan, vegetasi yang padat dan/atau permukaan air. Ini akan memperlambat pencarian dan aktivitas kontrol. Mungkin ada perbedaan aksesabilitas karena musim (misalnya musim kering sungai dapat dilewati), tetapi jawablah pertanyaan2 itu dalam pengertian pencarian dan waktu kontrol tumbuhan invasif itu optimal.





3.    Berapa mahalkah biaya kontrol tumbuhan invasif dngan memakai tehnik yang memaksimumkan efikasi dan meminimkan kerusakan non target
SKOR
(a). Biaya kimia, bahan bakar, dan peralatan untuk operasi
(b). Biaya buruh
Jumlah (a + b)
(Sebaran 0–8)
  Tinggi sekali                 4
  Tinggi sekali     4
7 - 8
3
  Tinggi                           3
  Tinggi               3
5 – 6
2
  Medium                        2
  Medium            2
3 – 4
1
  Rendah                          1                                           
  Rendah              1                                        
0 – 2
0
  Tidak sesuai                  0          
  Tidak sesuai      0          
□ tidak tahu
?
 tidak tahu                      ?
 tidak tahu          ?



Pilih kategori biaya (A, B atau  C) untuk sistim pemanfaatan lahan yang diuji. Ini memungkinkan estimasi biaya kontrol secara realistik.

Kategori Biaya (Rp)
A
B
C
SKOR
Sangat tinggi
> 5,0 juta
> 3,0 juta
2,0.  juta
4
Tinggi
2,0 - 3,0 juta
1,0 – 2,0 juta
0,5 – 1,0 juta
3
Medium
1,0 – 2,0 juta
0,5 – 1,0 juta
0,3 – 0,5 juta
2
Rendah
< 1,0 juta
< 0,5 juta
< 0,3 juta
1

 
 







Herbisida adalah bahan utama untuk mengendalikan tumbuhan invasif. Pengendalian secara fisik berupa pemangkasan/ pemotongan batang, pendongkelan dengan pengungkit, buldozer misalnya.  Jangan dihitung biaya kapital untuk  membeli peralatan .

4. Seperti apa tingkat kerjasama pemangku kepentingan dalam area terinvasi?
SKOR
   rendah                  
Pengendalian tumbuhan invasif tidak dilakukan. Biaya dan teknik tdk tersedia
2
   medium                     
Perlu perobahan metoda pengendalian, biaya dan teknik tersedia
1
   tinggi                        
Perlu sedikit perubahan saja untuk mengendalian tumbuhan invasif
0
   tidak tau                                                               

?

Disamping dari biaya di lapang mencakup pencarian dan kontrol tumbuhan invasif, suatu  program pengendalian terkoordinasi akan mempunyai jangkauan luas meliputi biaya extensi/ pendidikan, penguatan manajemen proyek dan administrasi. Kemudahan me motivasi dan mengkoordinasi para pemangku kepentingan dalam proyek yang sedang berlangsung, bervariasi dengan sistem pemanfaatan lahan, terutama sehubungan dengan kapasitas finansial utnuk menunjang program pengendalian. 

2.2.  DISTRIBUSI TUMBUHAN INVASIF SAAT INI

Istilah ini untuk membedakan dengan “potensi distribusi” ketika menghitung resiko tumbuhan invasif, sedang “distribusi saat ini” adalah distribusi riel di lapang.  Seksi ini mencoba menilai  seberapa luas tumbuhan invasif saat ini tersebar didaerah yang akan dikendalikan. Ini mempertimbangkan proporsi invasi dari lahan yang  dikelola  dan keseluruhan pola invasi dalam kawasan sistem pemanfaatan lahan yang kita kaji. Disini dibedakan antara “lahan yang dikelola” dan lahan diluar lahan yang dikelola tetapi masih ada dalam sistem pemanfaatan lahan yang dikaji.

5. Berapa persen dari lahan yang dikelola diinvasi oleh tumbuhan Invasif saat ini dan dari keseluruhan sistem pemanfaatan lahan ?
SKOR
  > 80% lahan terinvasi
Tumbuhan invasif itu  menginvasi >80% lahan yang dikelola dalam sistem pemanfaatan lahan yang dievaluasi
10
  60–80% lahan terinvasi
Tumbuhan invasif menginvasi 60 - 80% lahan
8
  40–60% lahan terinvasi
Tumbuhan invasif menginvasi 40 – 60% lahan
6
  20–40% lahan terinvasi
Tumbuhan invasif menginvasi 20 - 40% lahan
4
  10–20% lahan terinvasi             
Tumbuhan invasif menginvasi 10 – 20% lahan
2
    5–10% lahan terinvasi
Tumbuhan invasif menginvasi 5 - 10% lahan
1
    1 – 5% lahan terinvasi
Tumbuhan invasif menginvasi 1 – 5% lahan
0,5
      < 1%  lahan terinvasi
Tumbuhan invasif menginvasi lahan yang dikelola tapi kurang dari 1%
0,1
  0% lahan terinvasi dan
   20–40% di luar sistem
Tumbuhan invasif tdk ada di lahan yang dikelola tapi menginvasi 20 -  40 % di kawasan sistem pemanfaatan lahan
2
  0% lahan terinvasi dan 
   10 – 20% di luar sistem                    
Tumbuhan invasif tdk ada di lahan yang dikelola tapi menginvasi 10 -  20 % di kawasan sistem pemanfaatan lahan
1
  0% lahan terinvasi dan 
    5 –10% di luar sistem                    
Tumbuhan invasif tdk ada di lahan yang dikelola tapi menginvasi 5 -  10 % di kawasan sistem pemanfaatan lahan
0,5
  0% lahan terinvasi dan    
    1–5% di luar sistem
Tumbuhan invasif tdk ada di lahan yang dikelola tapi menginvasi 1 -  5 % di kawasan sistem pemanfaatan lahan
0,1
 0% lahan terinvasi dan     
    < 1%  di luar sistem
Tumbuhan invasif tdk ada di lahan yang dikelola dan menginvasi kurang dari 1 % di kawasan sistem pemanfaatan lahan
0,05
  0% dalam sistem
Tumbuhan invasif itu tidak ada dalam sistem pemanfaatan yang sedang dievaluasi
0
  tidak tahu

?


Tujuan containment (isolasi) adalah mencegah penyebaran tumbuhan invasif pada sistem pemanfaatan lahan yang rentan.  Makin besar areal yang terinvasi relatif terhadap lahan yang dikelola makin kecil fisibilitasnya untuk isolasi. Dalam tabel diatas diasumsikan bahwa kemungkinannya kecil sekali bahwa tumbuhan invasif yang telah menginvasi 40% dari kawasan pemanfaatan lahan tidak ditemukan dalam lahan yang dikelola.








2.Seperti apa pola distribusi tumbuhan invasif dalam sistem pemanfaatan lahan ?
SKOR
  Tersebar luas                  
Tumbuhan invasif ditemukan dalam infetasi besar dan kecil diseluruh daerah sistem pemanfaatan lahan
2
   Terpencar merata                   
Tumbuhan invasif ditemukan sebagai infestasi kecil tersebar disebagian besar sistem pengelolaan lahan
1
   Terbatas                      
Tumbuhan invasif terlokalisir hanya pada beberapa lokasi dalam keseluruhan sistem pemanfaatan lahan, tidak ternaturalisasi
0
   Tidak ditemuka                                                                
Tumbuhan invasif itu tidak ada dalam sistem pemanfaatan lahan yang dikaji
0
   Tidak tahu                                                             

?

Suatu tumbuhan invasif yang tersebar luas akan lebih sukar untuk dikendalikan daripada yang penyebarannya terbatas padaatau devisi dari suatu sistem pemanfaatan lahan.  Pada kondisi pertama akan lebih luas areal yang terinvasi melibatkan berbagai variasi lingkungan sehingga juga akan mengancam areal yang lebih luas.

2.3.  PERSISTENSI 
Seksi ini mengindikasikan berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengeradikasi tumbuhan invasif itu. Ini ini mempertimbangkan efikasi target pengendalian, umur reproduksi, lamanya bank biji dan kemungkinan pemencaran. 

1.    Berapa efektifkah pengendalian yang ditargetkan pada infestasi tumbuhan invasif itu?
SKOR
   Rendah                  
Lebih dari 25% tumbuhan invasif dari target tahunan, survive
3
   Medium                   
Sampai 25% tumbuhan invasif dari target tahunan survive
2
   Tinggi                      
Sampai 5% tumbuhan invasif dari target tahunan survive
1
   Sangat tinggi                                                               
Sampai 1% tumbuhan invasif dari target tahunan survive
0
   Tidak tahu                                                              

?

Apakah perlakuan herbisida atau metoda fisik lainnya dengan biaya yang telah disiapkan itu mematikan seluruh tumbuhan invasif dalam infestasi itu?
Efikasi dapat turun karena :
·        Toleransi terhadap atau recovery dari perlakuan.
·        Perlakuan yang tidak sempurna ( beberapa individu tidak terkena perlakuan)
·        Regenerasi vegetatif ( misalnya A.nilotica yang tumbuh kembai)
·        “pertumbuhan dari biji ”

2.    Berapakah periode minimum untuk reproduksi seksual atau propagul vegetatif?
SKOR
  < 1 bulan                 
Minimum waktu generasi < 1 bulan
3
  <1 tahun                 
Minimum waktu generasi < 1 tahun
2
  < 2 tahun                  
Minimum waktu generasi < 2 bulan
1
   > 2 tahun                                                                
Minimum waktu generasi 2 tahun
0
   Tidak tahu                                                             

?

Makin pendek periode ke fase reproduksi, makin tinggi frekuensi perlakuan pengendalian yang diperlukan dan makin besar peluang tumbuhan invasif itu  tidak terkena sebelum reproduksi. Tumbuhan akuatik seperti Salvinia molesta dapat bereproduksi secara vegetatif dengan sangat cepat.

3.       Berapakah lama   maksimum propagul seksual maupun vegetatif tetap viabel? *
SKOR
  > 5 tahun                 
Propagul seksual atau vegetatif dapat dorman setidaknya selama 5 th
2
  2 – 5 tahun                 
Propagul seksual atau vegetatif dapat dorman selama 2 -  5 th
1
  < 2 tahun                  
Propagul seksual atau vegetatif dapat dorman kurang dari 5 th
0
   Tidak tahu                                                             

?
* Lamanya bank biji didalam tanah adalah penentu utama berapa lama infestasi harus dikendalikan  untuk menentukan keberhasilan  eradikasi

4.Berapa besar kemungkinan propagul baru tetap datang pada lokasi yang dikaji  atau mulai menginisiasi infestasi baru?

Total (a +b)
SKOR
(a).  Penyebaran jarak jauh secara alamiah
    (b). Tumbuh

4
3
   sering                               2
  Biasanya ditanam                  2

2-3
2
   kadang kadang                 1
  kadang kadang ditanam        1

1
1
   jarang                               0
  tidak ditanam                        0

0
0
   tidak tahu                         ?                                                         
  tidak tahu                              ?                                                        

Tidak tahu
?

SKOR  FISIBILITAS  PENGELOLAAN
Skor fisibilitas pengelolaan dihitung dengan menyesuaikan skor biaya pengendalian, distribusi dan persistensi kedalam sebaran skor dari 0 – 10 dan mengalikannya satu dengan lainnya. Fisibilitas pengelolaan akan mempunyai nilai maksimum 1000, dan minimum 0.

Untuk menghitung secara manual, sesuaikan skor awal sebagai berikut :
Biaya pengendalian : bagi dengan 15 dan kalikan 10. Bulatkan menjadi satu  desimal
Distribusi saat ini     : bagi dengan 12 dan kalikan 10. Bulatkan menjadi satu desimal
Persistensi                  : bagi dengan 11 dan kalikan 10. Bulatkan menjadi satu desimal

Fisibilitas pengelolaan = biaya pengendalian x distribusi saat ini x persistensi
 
 










Dengan memecah skor Fisibilitas Pengelolaan ini dalam interval 20% akan diperoleh batas klasifikasi Fisibilitas Pengelolaan sebagai berikut:




Frekuensi sebaran
Skor Fisibilitas
Fisibilitas Pengelolaan
80 -100% (20% skor teratas)
> 113
tidak berarti                      
60 – 80%
<113
rendah
40 – 60%
< 56
medium
20 – 10%
< 31
tinggi
0 – 20% ( 20% skor terbawah)
< 14
sangat tinggi
               
Mengapa mengalikan skor biaya pengendalian dengan skor distribusi dan skor persistensi?

      Mengkalikan memberikan sebaran skor yang lebih luas daripada penambahan ( sebaran dari
 0 – 1000 dibangingkan dengan 0-30).
Mengkalikan adalah logis, karena ini mengenal interaksi antar kriteria. Misalnya biaya pengendalian dari suatu tumbuhan invasif dapat diukur dalam rupiah per hektar pertahun, distribusi saat ini diketahui dalam hektar dan durasi pengendalian diukur dalam tahun.
Biaya pengendalian                X             Distribusi saat ini             X             durasi pengendalian
(rupiah/ha/tahun)                                        ( hektar)                                                ( tahun)
Ketika mengalikan ketiga skor kriteria itu unit hektar dan tahun terkensel sehingga fisibilitas pengelolaan diukur dalam rupiah. Dalam mengalikan skor kriteria biaya pengendalian, distribusi saat ini dan durasi pengendalian kita meniru kalkulasi diatas tanpa menyertakan dimensi hektar dan tahun.
 
 




































III.           MENENTUKAN PRIORITAS PENGELOLAAN 

Matrix berikut ini memberikan panduan aksi strategis pengelolaan tumbuhan invasif  yang tepat.   Species tumbuhan invasif yang berbeda akan kelihatan berada pada posisi yang berbeda dalam matriks, berdasarkan skor resiko dan fisibilitas pengelolaannya. Setiap sistem pemanfaatan lahan akan mempunyai matriks tersendiri.

Resiko
Tumbuhan
Invasif
Fisibilitas pengelolaan

Diabaikan
> 113
Rendah
> 56
Medium
> 31
Tinggi
> 14
Tinggi sekali
< 14

Diabaikan
< 14
AKSI TERBATAS
AKSI TERBATAS
AKSI TERBATAS
AKSI TERBATAS
MONITOR

Rendah
< 39
AKSI TERBATAS
AKSI TERBATAS
AKSI TERBATAS
MONITOR
MONITOR

Medium
< 101
KELOLA SITUS
KELOLA  SITUS
KELOLA SITUS
MELINDUNGI SITUS
MENCEGAH PENYEBARAN
Text Box: S I A G A
Tinggi
< 192
KELOLA TUMBUHAN INVASIF
KELOLA TUMBUHAN INVASIF
MELINDUNGI SITUS
MENCEGAH PENYEBARAN
MUSNAHKAN INFESTASI
Sangat tinggi
> 192
KELOLA TUMBUHAN
INVASIF
Lindungi Situs & Kelola Tumb. invasif
MENCEGAH PENYEBARAN
MUSNAHKAN INFESTASI

ERADIKASI

Berikut ini prinsip panduan untuk setiap kategori pengelolaan di dalam matriks. Pada skala lansekap prinsip ini perlu diinterpretasikan dalam pengertian keluaran yang berbeda untuk setiap sistem pemanfaatan lahan, bagi setiap species tumbuhan invasif yang berbeda. Misalnya suatu tumbuhan invasif mendapat ranking “musnahkan infestasi” pada suatu sistem pemanfaatan lahan, dan “aksi terbatas” pada sistem pemanfaatan lahan yang lain. Dalam hal ini pengendalian terkoordinasi masih diperlukan pada kasus pemanfaatan lahan yang belakangan untuk memungkinkan proteksi pemanfaatan lahan yang pertama. Istilah “Daerah Pengelolaan” dapat saja dipakai untuk skala spasial yang berbeda, mis. Level Nasional, Regional, sistem pemanfaatan lahan.

SIAGA  
Species tumbuhan invasif yang diketahui tidak ada di daerah pengelolaan dan menjadi ancaman nyata mendapat skor “0”dalam Fisibilitas Pengelolaan karena ketidakberadaan didaerah itu.
Pengelolaan kategori SIAGA ini bertujuan untuk mencegah datang dan mapannya  species itu:
·      Mencegah masuk kedalam daerah pengelolaan
·      Pengamatan berkelanjutan untuk serangan tumbuhan invasif (misal inspeksi nurseri)
·      Pelatihan aktivitas kesadaran masyarakat agar dapat melakukan deteksi dini

ERADIKASI 
Bertujuan untuk memusnahkan  tumbuhan invasif dari daerah pengelolaan
·      Pengamatan dan pemetaan detail untuk menentukan lokasi dari invasi.
·      Memusnahkan semua infestasi meliputi bank biji
·      Mencegah pemasukan  kedalam dan perdagangan didalam daerah pengelolaan
·      Melarang menanam dan mengkultivasi tumbuhan invasif
·      Monitor perkembangan program eradikasi

MUSNAHKAN INFESTASI 
Bertujuan mengurangi secara signifikan species tumbuhan invasif di dalam daerah pengelolaan
·      Pengamatan dan Pemetaan detail untuk melokasi semua infestasi .
·      Musnahkan semua infestasi, ditujukan untuk eradikasi lokal pada daerah yang fisibel
·      Mencegah pemasukan kedalam dan  gerakan dan perdagangan di dalam daerah pengelolaan.
·      Melarang menanam 
·      Memonitor progres reduksi.

MENCEGAH PENYEBARAN 
Bertujuan mencegah penyebaran yang terjadi dari tumbuhan invasif di dalam daerah pengelolaan
·      Pengamatan dan pemetaan untuk melokasi semua infestasi pada seluruh unit lokasi (kepemilikan lahan, desa, unit subsistem dalam ekosistem dsb.)
·      Kendalikan semua infestasi untuk mengurangi kerapatan tumbuhan invasif secara signifikan.
·      Mencegah pemasukan ke dan gerakan dan perdagangan didalam daerah pengelolaan
·      Tidak mengisinkan penyebaran (kalau ditanam)
·      Monitor perubahan dari distribusi yang ada.

 MELINDUNGI  SITUS
Bertujuan untuk mencegah penyebaran tumbuhan invasif kedalam situs kunci/ aset dng nilai ekonomi tinggi, lingkungan dan/atau sosial.
·      Tumbuhan invasif mungkin berada pada distribusi terbatas dan  hanya  mengancam pada   industri/habitat terbatas (resiko tumbuhan invasif rendah).  Atau tumbuhan invasif itu mungkin lebih tersebar luas tetapi belum menginvasi /berdampak pada banyak industri/ habitat ( resiko tumbuhan invasif yang lebih besar).
·      Pengamatan dan pemetaan untuk menentukan lokasi semua daerah terinvasi. 
·      Mengindentifikasi situs kunci /aset di dalam daerah pengelolaan .
·      Pengelolaan infestasi  pada areal dekat situs kunci/aset yang bertujuan untuk mengurangi kerapatan tumbuhan invasif secara signifikan.
·      Membatasi gerakan dan perdagangan species tumbuhan invasif dalam daerah pengelolaan.
·      Mencegah pnyebaran tumbuhan invasif yang dikultivasi (kalau ditanam) g berdekatan dengan sirus kunci.
·      Monitor perubahan distribusi saat ini didalam dan yang berdekatan dengan situs kunci.

MENGLOLA TUMBUHAN INVASIF 
Bertujuan untuk mereduksi dampak ekonomi, lingkungan dan/atau sosial  secara keseluruhan dari tumbuhan invasif melalui pengelolaan target.
·      Penelitian dan pengembangan paket Pengelolaan Tumbuhan Invasif secara Terpadu (PTIT) meliputi pemakaian herbisida dan pengendalian hayati yang mana yang lebih fisibel
·      Mempromosikan paket PTIT pada pemangku kepentingan (termasuk pemilik lahan)
·      Monitor penurunan dampak tumbuhan invasif karena perbaikan pengelolaan
·      Identifikasi situs kunci/aset dalam daerah pengelolaan dan pastikan kecukupan sumberdaya untuk mengelola tumbuhan invasif


MENGELOLA SITUS 
Bertujuan untuk menjaga nilai ekonomi. lingkungan dan/atau sosial secara keseluruhan dari situs kunci/ aset melalui perbaikan pengelolaan Tumbuhan Invasif secara umum.
·      Promosikan prinsip umum PTIT kepada pemangku kepentingan meliputi seperangkat teknik metoda  pengendalian, menjaga kemampuan kompetisi dari vegetasi alam/tanaman budidaya/pastur, kesehatan dan rencana pengelolaan sistem pemanfaatan lahan. 
·      Identifikasi situs kunci/aset di dalam daerah pengelolaan dan pastikan kecukupan sumberdaya untuk megelola ini dan menjaga nilai aset tersebut.
·      Perluas fokus diluar  masalah  tumbuhan invasif pada semua proses yang mengancam

MONITOR
Bertujuan untuk mendeteksi perubahan signifikan resiko species umbuhan invasif. Monitor penyebaran species dan review perobahan yang ada  dalam keinvasifan species tumbuhan

AKSI TERBATAS 
Species tumbuhan invasif hanya akan ditargetkan untuk pengendalian terkoordinasi dalam daerah pengelolaan apabila keberadaan secara lokal membuat species ini kemungkinan menyebar pada sistem pemanfaatan lahan yang  diranking sebagai prioritas tinggi.
·      Ambil tindakan untuk mengendalikan kalau diperlukan untuk keuntungan sistem pemanfaatan lahan yang berada dalam resiko untuk diinvasi.
·      Kalau tidak, saran terbatas pada pengelola,  apabila diperlukan.




DAFTAR PUSTAKA

Downey, P.O., Johnson, J.G. Virtue & P.A. Williams. 2010. Assessing risk across the spectrum of weed management. CAB Reviews: Perspective in Agriculture, Veterinary Science, Nutrition and Natural Resources 2010 5, No. 038.  (www.cabi.org/cabreviews)
Soerjani, M. 1977. Weed Management and Weed Science Development in Indonesia. Proceedings of 6th APWSS Conference, Jakarta, Indonesia, 11-17 July 1977. Vol I: 31-41.
Tjitrosoedirdjo et al. 2010. Allocating priorities to invasive plant species for their management in Indonesia. Journal Gulma & Tumbuhan Invasif Tropika 2(1): 20-27.
Virtue, J.G. and R.L. Melland. 2003. The environmental weed risk of revegetation and forestry plants.  DWLBC Report 2003/02. The Department of Water, Land and Biodiversity Conservation. (www.dwlbc.sa.gov.au)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar